SIKLUS REPRODUKSI

REPRODUKSI & EMBRIOLOGI
SIKLUS REPRODUKSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa seksual dan tidak hamil yang meliputi perubahan-prubahan siklik pada organ-organ reproduksi tertentu misalnya ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon reproduksi. Siklus reproduksi meliputi antara lain siklus estrus, siklus ovarium, dan siklus menstruasi (Tim Dosen, 2012: h.1).
Pada kebanyakan vertebrata betina mengalami daur perkembangbiakan yang berlangsung sekali sampai beberapa kali setahun. Pada mamalia daur itu lebih sering terjadi, dan pada orang serta Primates lain berlangsung sekali sebulan. Jantan menyesuaikan diri dengan daur pada betina mereka. Daur pembiakan asal-usulnya menyesuaikan diri dengan suasana ekologis (iklim, musim, musuh, gejala astronomis). Sebagai contoh hewan laut banyak yang bertelur ketika air pasang atau sedang bulan purnama (Yatim, 1994: h.29).
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dipandang perlu untuk mengkaji lebih dalam  dengan melakukan percobaan siklus reproduksi pada mamalia.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sel-sel hasil apusan vagina dan fase siklus yang dialami oleh hewan betina.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat membedakan siklus reproduksi pada hewan bukan primata dan manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Siklus reproduksi adalah serangkaian kegiatan biologik kelamin yang berlangsung secara periodik hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Jika siklus reproduksi dari suatu makhluk terputus maka kehadiran makhluk tersebut di dunia menjadi terancam (Adnyana, 2012).
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus itu, ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004: h.162).
Pada mamalia umumnya daur pembuahan dempet dengan daur estrus. Daur ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yaitu terdiri dari 2 fase folikel dan lutein. Banyak hewan yang memiliki daur estrus sekali setahun, disebut monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang harimau, kucing dan sebagainya. Adapula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut poliestrus (Anggraeni, 2012).
Pada mammalia priodisitas yang terdapat pada ovarium, dibarengi oleh perubahan-perubahan yang periodik pula pada uterus dan vagina. Rangkaian kejadian-kejadian yang berhubungan dengan persiapan uterus untuk penerimaan dan penanaman ovum, disebut siklus estrus (Djuhanda, 1981: h. 98)
Menurut (Djuhanda, 1981: h. 98-99) seluruh siklus estrus dapat dibagi kedalam beberapa fase, yaitu :
  1. Proestrus, terjadi penambahan ustrinitas kelenjar-kelenjar dan pembuluh pada endometrium dan mukosa vagina. Dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus, serta lebih glandular; pada pertumbuhan maksimal dari kelenjar-kelenjarnya, digetahkan cairan yang agak pekat yang disebut uterin milk yang disimpan dalam kripta mukosa dan dipergunakan bagi makanan janin pada waktu awal sekali. Pada fase ini folikel graf di dalam ovarium telah masak dan menghasilkan hormon-hormon estron dan progesteron segera sebelumnya terjadi ovulasi. Perubahan-perubahan tersebut tadi pertam-tama karena disebabkan hormon gonadotrop dan hipofise, yaitu FSH (Folicle Stimulating Hormone).
  2. Estrus, produksi estron bertambah dan terjadi ovulasi. Mukosa dari uterus mengembung dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina siap untuk menerima hewan jantan.
  3. Metestrus, terjadi pembentukan corpus luteum dari sel-sel folikel. Progesteron pada waktu ini aktif sekali mempersiapkan dinding uterus bagi implantasi ovum, sebaliknya estron hanya terdapat sedikit di dalam tubuh. Pada keadaan yang demikian hewan betina tidak lagi menunjukkan usaha pembiakan, malahan kadang-kadang menentang jika jantan mendekat. Jika ovum tidak dibuahi. Maka jaringan yang disediakan bagi implantasi tadi bersamaan dengan lapisan permukaan endometrium akan dilepaskan dibantu oleh kontraksi uterus yang hebat. Hal ini dapat diikuti oleh suatu pendarahn;proses ini disebut menstruasi.
  4. Anestrus, fase ini adalah periode istirahat seksuil, uterus kembali lagi mengambil struktur semula. Korpus luteum dari waktu ovulasi pada akhir siklus estrus bekerja sebagai kelenjar endokrin. Jika tidak terjadi pembuahan, ia akan berdegenerasi pada akhir siklus estrus. Sesudah menstruasi, pada waktu itu ia dinamakan korpus luteous menstruationis, maka ia berubah menjadi korpus arbikan dan yang terakhir ini hilang sama sekali sebelum ovulasi berikutnya terjadi.
  5. Pada betina, pola sekresi hormon dan berbagai peristiwa reproduktif yang diatur oleh hormon terjadi secara bersiklus. Sangat berbeda dari pola jantan. Sementara jantan menghasilkan sperma secara kontinu, betina membebaskan hanya satu atau beberapa telur sperma selama setiap satu siklus. Pengontrolan siklus betina sangat kompleks (Campbell, 2004: h.160).
  6. Pada manusia satu daur menstruasi (menses) dihitung mulai dari hari pertama terjadi pendarahan menses sampai pada hari pertama pendarahan menses berikutnya. Daur menstruasi dapat dibagi atas 4 fase yaitu pasca menstruasi, proliferasi, sekretoris, dan menstruasi (Ferial, 2012: h. 42).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah hari/Tanggal senin, 4 Juni 2012. Pukul 08:00 – 10:00 WITA. Tempat Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Samata-Gowa.

B. Alat dan bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kaca preparat, deck gelas, mikroskop, dan pipet tetes.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, aquadest,  methylen blue, mencit (Mus musculus), dan NaCl fisiologis 0,9%.

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
  1. Mengusap spatula dengan alkohol 70%, kemudian memasukkan ke dalam vagina mencit kira-kira sedalam ½ cm, kemudian memutarnya dengan pelan-pelan. Menyemprotkan NaCl ke dalam vagina mencit dengan menggunakan pipet halus. Menyemprot dan menyedot berulang kali hingga cairan dalam pipet keruh.
  2. Mengoleskan ke kaca objek cairan dari pipet tersebut, kemudian meneteskan dengan methylen blue 1%, membiarkan selama 3-5 menit.
  3. Membilas kaca objek tersebut dengan air ledeng untuk membuang kelebihan zat warna, lalu menutup dengan kaca penutup.
  4. Mengeringkannya kemudian mengamati dibawah mikroskop.
  5. Menggambarkan hasil pengamatan, kemudian menentukan fase siklus reproduksinya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah siklus reproduksi adalah fase yang berlangsung pada hewan betina yang belum hamil. Ciri-cirinya ditandai dengan adanya perubahan tertentu dari organ-organ reproduksi yang terdiri atas beberapa fase diantaranya yaitu :
1. Fase proestrus adalah fase yang terdapat sel epitel biasa dan lekosit yang sedikit pada apusan vagina. Fase proestrus berlangsung sekitar 2 – 3 hari dan dicirikan dengan dinding uterus mengalami penebalan serta dan folikel Graf di dalam ovarium telah masak serta menghasilkan hormon estron dan progesteron. Beberapa perubahan yang terjadi pada fase tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon  gonadotropin dan hipofise, yaitu FSH.
2. Fase diestrus adalah fase yang terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit pada apusan vagina. fase ini akan mempersiapkan ovarium untuk melepaskan sel telurnya (ovulasi) sebelum memasuki fase estrus. Fase tersebut berlangsung selama 1 – 2 hari.
3. Fase estrus adalah fase yang terdapat sel epitel menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel epitel dengan inti yang berdegenerasi.. berlangsung selama 1 – 2 hari yang ditandai dengan terjadi puncak penebalan lapisan tunica mucosa vagina yang banyak mengandung darah. Pada fase tersebut hewan betina siap menerima jantan. Pada fase ini akan terjadi ovulasi atau pelepasan sel telur dari organ reproduksi yaitu ovarium. Jika terjadi coitus dan pembuahan, estrus diiringi oleh masa hamil, jika tak terjadi pembuahan maka akan mengalami masa haid. Pada fase ini corpus luteum giat menghasilkan progesteron.
4. Fase metestrus adalah fase yang terdapat banyak sel epitel menanduk dan leukosit pada apusan vagina. Terjadi pembentukan corpus luteum dari sel-sel folikel. Progesteron pada waktu ini aktif sekali mempersiapkan dinding uterus bagi implantasi ovum. Pada tahap tersebut dari fase metestrus hewan betinat ttidak lagi menunjukkan usaha pembiakan. Jika ovum tidak dibuahi maka jaringan yang disediakan bagi implantasi tadi bersamaan dengan lapisan permukaan endometrium akan dilepaskan dibantu oleh kontraksi uterus. Dan diikuti oleh fase pendarahan atau menstruasi. Fase metestrus berlangsung selama 1 - 2 hari, berminggu, atau sampai berbulan. Pada tikus 1 - 2 hari, manusia 10 – 15 hari, dan anjing 40 – 50 hari.
Siklus reproduksi atau siklus menstruasi pada manusia dibagi menjadi empat fase berdasrkan perubahan fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometrium. Menurut (Heffner, 2006, 38-39) pembagian fase dari siklus reproduksinya meliputi :
1.  Fase folikular, secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase pertama yang merupakan suatu fase pada silus menstruasi sampai terjadinya ovulasi.
2. Fase ovulatori,  fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui korpus ovarium. Dua sampai tiga hari sebelum onset lonjakan LH, estradiol dan inhibin B yang bersirkulasi meningkat secara cepat dan bersamaan. Sintesis estradiol berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung pada FSH. Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH mengiduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa.
3. Fase luteal, setelah terjadi ovulasi,  sel luteal membuat estrogen dan inhibin dalam jumlah besar, konsentrasi estrogen yang bersirkulasi selama fase luteal berada dalam keadaan praovulator, dengan umpan balik positif. Akan tetapi ciri-ciri fase luteal adalah konsentrasi progesteron dan 17-hidroksiprogesteron yang tinggi yang disekresi oleh korpus luteum. Lamanya fase luteal lebih konsisten daripada fase folikular, biasanya 14 ± 2 hari. Jika terjadi kehamilan, korpus luteum secara spontan mengalami regresi dan perkembangan folikel berlanjut pada siklus berikutnya.
4. Fase menstruasi, hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya akan berovulasi. Fenomena ini disebut menstruasi yang sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi.
Perbedaan antara siklus reproduksi mencit dengan manusia yaitu lama satu daur pembiakan pada mencit berlangsung selama 5 hari, sedangkan pada manusia berlangsung selama 28 hari. Siklus reproduksi mencit terdiri atas 4 fase meliputi fase proestrus, diestrus, estrus, dan metestrus. Sedangkan pada manusia terdiri atas 4 fase meliputi fase luteal, fase ovulatori, fase folikular, dan fase menstruasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah siklus estrus pada mencit terdiri atas 4 fase yaitu fase proestrus terdapat sel epitel biasa. Fase diestrus terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit. Fase estrus terdapat banyak sel epitel menanduk dan beberapa sel epitel yang berdegenerasi. Fase metestrus terdapat banyak sel epital menanduk dan leukosit. Daur menstruasi pada manusia dibagi atas 4 fase yaitu pasca menstruasi (fase folikular), proliferasi (fase ovulatoir), sekretoris (fase luteal), dan menstruasi (fase menstruasi).

B. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini sebaiknya praktikan memperhatikan sel-sel epitel pada hasil apusan vagina mencit ketika dilihat di mikroskop agar dapat membandingkan perbedaan dari setiap siklus yang diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Betty Retno Anggraeni. Siklus Reproduksi. Blog Betty.http://blog.uin-malang.ac.id (2 Juni 2012).
Campbell N.A,Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell.Biologi Jilid 2. Penerjemah Wasman Menalu. Cet. V. Jakarta: Erlangga, 2004.
Departemen Agama RI.  Alquran  dan Terjemahnya. Bandung: Penerbit J-ART, 2005.
Dewa Anom. Siklus Reproduksi. Blog Dewahttp://dewa2384.lecture.ub.ac.aid (2 Juni 2012).
Djuhanda, Tatang. Embriologi Perbandingan. Bandung: C.V Armico bandung, 1981.
Ferial, Eddyman W. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2012.
Heffner, Linda J. dan Dhanny J. Schust. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga, 2006.
Tim Dosen. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi.  Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2012
Yatim, Wildan, Embryologi. Bandung: Tarsito Bandung, 1994.

Related Posts

Subscribe Our Newsletter