AMFIBI


TAKSONOMI VERTEBRATA
AMFIBI

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Binatang dwialam, amfibia  atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisiakan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab atau basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosis) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2011).
Di daratan, kemampuan untuk mendeteksi suara merupakan hal yang sangat penting dan amfibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang diwarisnya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan dengan membran yang berfungsi sebagai gendang telinga  dan tulang rahang yang tidak terpakai lagi (yang berasal dari lengkung insang agnatha) berguna untuk meneruskan getaran dari membran ini ke telinga dalam (Kimball, 2009: h. 928).
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka penyusun tertarik meneliti tentang katak yang termasuk kelas Amphibia.


B.  Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui morfologi dan anatomi dari spesies yang tergolong Amphibia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamofosis dari berudu (aquatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amphibius dan bernapas dengan paru-paru), namun beberapa jenis amphibius tetap memilki insang selama hidupnya. Jenis-jenis sekarang tidak memiliki sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah (Djarubito, 1989: h. 194).
Menurut (Jasin, 1984: h. 74) amphibia tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan. Mungkin hal ini terjadi pada zaman devon. Transisi dari air kedarat tampak pada :
  1. Modifikasi tubuh untuk berfalam, di darat, di samping masih memiliki kemampuan berenang dalam air.
  2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti pengganti beberapa pasang sirip.
  3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghalangi suasan udara.
  4. Penggantian insang oleh paru-paru.
  5. Merubah sistem sirkulasi untuk untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan kulit.
  6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik di udara maupun di darat.
Sesuai dengan namanya, amfibia itu hanya separuh hidupnya di daratan (semiterrestial. Mereka harus kembali ke air untuk bertelur, dan setidak-tidaknya keturunan masa kininya tidak tahan lama terhadap udara kering. Peralihan berkala dari air ke daratan dan sebaliknya menimbulkan masalah tambahan dalam mempertahankan keseimbangan air dan ekskresi limbah nitrogen. Di dalam air, seperti pada ikan air tawar, pemasukan air secara terus menerus harus dikeluarkan dari glomerulus. Di daratan, air harus dipertahankan, dan untuk ini amfibia mengurangi masukan darah ke glomerulus, dan dengan demikian mengurangi laju filtrasi. Tentu saja, hal ini juga mengurangi aliran darah dari glomerulus ke tubulus. Akan tetapi, fungsi tubulus harus dipertahankan dan peningkatan aktivitas sistem portarenal tambahan memungkinkan hal ini (Kimball, 2009: h. 931).
Amfibia menghasilkan panas sangat sedikit, dan sebagian besar dari mereka kehilangan panas dengan sangat cepat melalui evaporasi dari permukaan tubuhnya, sehingga hewan tersebut sangat sulit untuk mengontrol suhu tubuh. Akan tetapi, adaptasi perilaku memungkinkan amfibia untuk mempertahankan suhu tubuhnya di dalam suatu kisaran yang memuaskan selama sebagian besar waktu dengan cara berpindah ke lokasi di manapanas matahari tersedia atau ke dalam air, misalnya. Ketika sekelilingnya terlalupanas, hewan akan mencari lingkungan yang lebih sejuk, seperti daerah teduh. Beberapa amfibia seperti bullfrog, dapat memvariasikan jumlah mukus yang disekresikan dari permukaannya, yang merupakan suatu respon fisiologis yang mengatur pendinginan melalui evaporasi (Campbell, 2004: h. 103-104).
Waktu katak masih berbentuk larva, berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Berudu memiliki 3 pasang insang luar yang terdapat dibelakang kepala. Insang luar terdiri atas lembaran halus yang banyak mengandung kapiler darah. Apabila insang ini bergetar, maka air disekelilingnya selalu berganti dan oksigen yang larut di sekeliling insang ini berdifusi masuk kedalam pembuluh kapiler darah. Seiring dengan pertumbuhan berudu, timbul celah insang dan terbentuk insang dalam. Insang dalam mempunyai tutup insang seperti pada ikan. Kemudian berudu perlahan-lahan menjadi katak dewasa. Katak bernapas menggunakan paru-paru dan kulit. Jika dari kulit oksigen dari udara berdifusi melalui kulit yang basah kemudian masuk ke pembuluh kapiler darah. Oleh karena itu katak sering berada ditempat berair supaya kulitnya tetap lembab. Selain itu selaput kulit pada rongga mulutnya juga digunakan untuk memasukkan oksigen ke dalam darah secara difusi (Nurfalah, 2011).
Banyak amfibia memperlihatkan perilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam, khususnya selama musim kawin. Katak umummya merupakan makhluk yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suara untuk memanggil pasangan kawin selam musim kawin. Jantan bisa bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau untuk menarik betina. Pada beberapa spesies darat, migrasi ke tempat kawin yang spesifik bisa melibatkan komunikasi suara, navigasi angkasa, atau sinyal kimia (Campbell, 2003: h. 260).
Allah SWT berfirman Q.S Al Hajj / 22 : 18

Terjemahnya :
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia ...


BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.     Alat dan bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat seksi, toples, jarum pentul, loupe, dan papan seksi.
2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah eter, kapas, katak sawah (Rana cancarivora),

B.  Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah pada hari kamis, tanggal 24 November 2011. Pukul 15:00 WITA. Bertempat di Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.     

C.  Prosedur  Kerja
1.    Pengamatan bentuk luar
  • Membius hewan dengan ether dengan cara mengambil segulung kapas, membasahi dengan eter sampai basah separuhnya.
  • Memasukkan kapsa basah tersebut kedalam botol pembius sampai katak tersebut lemas dan mati.
  • Meletakkan katak yang sudah mati diatas papan seksi pada perutnya dan mengamati bagian kepala : mata ,membran timpani, celah mulut yang lebar, dan lubang hidung luar, leher badan, kaki depan, lengan atas, lengan bawah telapak, jari-jari tidak berselaput, kaki belakang seperti paha, betis, telapak yang menyatu, dan jari-jari yang berselaput.
  • Mengamati seluruh permukaan kulit katak lalu membuat gambar dnegna pandangan dari punggung dan menunjukkan semua bagian-bagiannya.
2.    Pembedahan untuk melihat alat-alat dalam tubuh
  • Melentangkan katak di atas papan seksi
  • Merentangkan kaki-kakinya dan menusuk telapak kaki dengan jarum pentul untuk menahan agar tidak goyang atau tidak bergerak.
  • Menjepit kulit pertengahan perut dengan pinset secara melintang. Menggunting lipatan kulit yang terjepit sehingga terjadi sobekan
  • Memasukan ujung gunting yang tumpul dalam sobekan kulit tersebut, gunting kulit kearah kepala sampai gunting tertumbuk pada bagian dada.
  • Melanjutkan pengguntingan kulit kearah ekor sampai tertumbuk pada pangkal paha.
  • Mempelajari perlekatan kulit pada otot/daging.
  • Merentangkan kaki-kaki dan pasang kembali dengan jarum pentul agar tidak mudah goyang.
  • Membuat torehan pada pertengahan otot perut secara membujur, sampai tembus.
  • Memasukkan ujung gunting tumpul ke dalam celah yang terbentuk, dan menggunting otot perut arah kepala sampai pada tulang dada. Melanjutkan irisan ini kearah ekor sampai pangkal paha.
  • Membuat irisan ke samping dan menahan dengan jarum pentul.
  • Mengamati bagian jantung, hati, lambung, usus, kantong kencing, ovarium dan paru-paru.
  • Tidak membongkar susunan alat-alat yang kelihatan tersebut lalu membuat ganbar sederhana alat-alat yang nampak.
3.    Sistem peredaran darah
  • Mengamati jantung pada tempatnya.
  • Membuka pericardium dengan gunting, mengambil sedikit kapas dan menjepit dengan gunting, lalu mengambil sedikit kapas  dan menjepit dengan pinset lalu menyerap cairan yang ada disekitar jantung.
  • Debgan loupe mencari dan mengamati bagian-bagian jantung seperti bilik, serambi kiri, serambi kanan, batang arteri.
4.    Sistem pencernaan
  • Memebuka mulut dan mencari celah  pangkal tebggorok yang berada agak di depan pangakal kerongkongan.
  • Memasukkan ujung pipet pengisap minuman pada pangkal kerongkongan yang berada agak di depan pangkal kerongkogan.
  • Memasukkan ujung pipet pengisap minuman pada pangkal tenggorok dan tiup.
  • Mengamati bentuk dan susunannya.
5.    Sistem pencernaan
  • Menyingkapkan jantung ke kanan dan mencari saluran di sebelah bawah saluran pernafasan, pendek lunak.
  • Mengamati alat pencernaan mulai dari mulut ,kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, poros yang bermuara di kloaka dan kloaka.
  • Mengamati kelenjar pencernaan berupa hait, kantung empedu, dan pankreas.
6.    Sistem urogenitalia
  • Melepaskan alat-alat pencernaan dengan gunting, memulai dari kerongkongan hingga porus.
  • Pada betina mengamati indung telur, saluran telur, ginjal, ureter, kantong kemih.
  • Pada jantan mengamati testis, vasa everentia, vesikula seminalis, ureter dan kantung kemih.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.  Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatanKatak sawah (Rana Cancarivora)dari percobaan ini adalah :
Morfologi


Anatomi


Sistem respirasi


Sistem pencernaan


Sistem sirkulasi


Sistem ekskresi


Sistem reproduksi


B.  Pembahasan
Adapun pembahasan dari percobaan ini adalah :
1.    Katak sawah (Rana cancarivora)
a.    Morfologi
Pada pengamatan morfologi katak (Rana cancarivora)terdapat mulut (Rima oris), hidung (Nostril), mata (Visus), selaput renang (Membran swim), Selaput pendengaran (Membran tympani), lengan atas (Branchium), lengan bawah (Antibranchium), Linea alba, paha (Femur), jari-jari (Digiti), telapak tangan (Manus), betis (Crus), dan kloaka (Cloaca). Sedangkan pada pengamatan dari gambar internet tidak jelas ditemukan selaput renang (Membran swim) pada alat gerak bawahnya yakni (Ekstremitas posterior). Selain itu katak memiliki tubuh yang dapat dibedakan atas kepala, badan, anggota gerak. Tidak memiliki leher dan ekor. Pada bagian kepala berbentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar. Perut dan punggung dilapisi oleh kelenjar mukosa. Kelenjar mukosa terdapat diseluruh permukaan perut dan punggung.
b.    Anatomi
Bagian anatomi katak terdiri atas, esofagus, testis, usus, intestinum, kloaka, empedu, jantung, dan hati dapat ditemukan pada bagian ventral saat pembedahan. Paru-paru sebagai organ respirasi dan organ pencernaan begitupun jantungnya sebagai organ dari sistem sirkulasi merupakan bagian yang terlihat jelas pada saat pembedahan. Adapun organ dari sistem ekskresinya seperti ginjal, kantung kemih, dan urether tidak begitu jelas karena berada pada bagian dorsal katak.
c.    Sistem respirasi
Pada berudu tempat respirasi adalah insang eksternal dan kemudian menjadi insang internal. Katak dewasa bernafas dengan paru-paru, yaitu berupa kantung. Kantung yang pada dindingnya terdapat banyak ruang. Paru-paru berhubungan dengan udara luar melalui 2 bronkus, laring (kotak suara) yang mengandung tali-tali vokal, lalu faring dan lorong-lorong nasal. Lubang dari faring ke laring berupa celah longitudinal yang disebut glotis. Lubang-lubang dalam dari lorong-lorong nasal itu disebut nares interna. Pertukaran gas terjadi juga melalui kulit.
d.   Sistem pencernaan
Alat pencernaan diawali oleh cavum oris dan diakhiri dengan kloaka. Dari cavum oris makanan akan masuk melalui pharink. Esofagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong masuk dalam ventrikulus yang berfungsi sebagai gudang pencerna. Bagian muka ventrikulus yang besar disebut cardiac, bagian ventrikulus yang kecil berakhir di pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung enzim atau fermen, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin, untuk protein dan lipase untuk lemak. Makanan masuk ke intestinum melalui klap pyloris. Bahan makanan yang berupa sisa akan menjadi feses dan selanjutnya dikeluarkan melalui anus.
e.    Sistem sirkulasi
Sistem sirkulatoria terdiri atas cor, arteria, capilaria, venae, ductus limpaticus, darah dan cairan limpa. Cor dibungkus oleh selaput pericardium berbentuk lonjong terdiri atas sebuah ventrikulum, yang letaknya disebelah posterior, berdinding otot daging tebal, dua buah atrium yaitu sinisrum dan dextum yang terletak sebelah anterior dari ventrikulum, berdinding daging tipis. Antara atrium dan ventrikulum terdapat valvae sehingga darah tidak kembali, sinus venosus yang berbentuk segitiga, terletak sebelah dorsal dari cor, dan truncus arteri anterious.
f.     Sistem ekskresi
Ginjal tipe mesonefroid dan saluran kemih yang disebut saluran wolf. Saluran-saluran itu langsung membawa sekret ke kloaka, walaupun ada juga kandung kemih di sebelah sis ventral ke kloaka.
g.    Sistem reproduksi
Sistem reproduksi katak jantan tediri atas sepasang testis berbentuk oval berwarna keputih-putihan, terletak disebelah anterior dari ginjal, di sebelah terdapat vas eferensia yang bermuara pada saluran kencing. Kemudian menuju kloaka. Akhir dari ureter mengalami pembesaran dan diesbut vesiku seminalis sebagai tempat penampugan sperma sementara.
h.    Habitat
Ketika masih berudu berada pada habitat air, sedangkan pada katak dewasa berada pada habitat darat atau ditempat yang lembab.
i.      Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari katak sawah (Rana cancarivora) adalah :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibia
Ordo                : Anura
Famili              : Ranidae
Genus              : Rana
Spesies            : Rana cancarivora (Ambeng, 2002: 13).


BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah pada morfologi katak terlihat adanya peralihan dari ikan ke amphibia, yaitu kaki sebagai pengganti sirip dan dilengkapi dengan selaput renang, respirasi dari insang menjadi paru-paru dan kulit. Selain itu katak tidak memiliki leher ekor. Pada bagian anatomi terdapat, mulut, esofagus, lambung, kloaka, usus halus, dan usus besar.

B.  Saran
Adapun saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya praktikan mengamati dengan baik bagian dari morfologi dan anatomi katak yang diamati.


DAFTAR PUSTAKA

Ambeng, Alex pallingi, A. Pawelloi, dan Yasir Yasnidar. .Anatomi Perbandingan Hewan Vertebrata. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2002.
Anonim,Amphibi. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. http://www.wikipedia.org  (30 November 2011)
Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2003
Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2004
Departemen Agama RI. Alquran dan terjemahnya. Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2005.
Djarubito, Mukayat.  Zoologi Dasar.  Jakarta; Erlangga. 1989
Jasin, Maskoeri.  Zoologi Vertebrata. Surabaya; Wijaya utama. 1984
Kimball, Jhon W., Siti Tjitrosomo, dan Nawangsari Sugiri. Biologi Jilid 3 edisi ke 5. Jakarta; Erlangga. 2009
Santi Nur Falah, Amphibi, Blog Santi Nurfalah.  http://falahfa.blogspot.com (4 Desenber 2011)

Related Posts

Subscribe Our Newsletter